Selasa, 28 Februari 2012

Sentuhan Tangan sang Pencipta

Sentuhan Tangan sang Pencipta
Di sebuah kota ada seorang Pak Tua pembuat Biola. Di ruang kerjanya yang sederhana, ia sedang membuat Biola. Ia membuat Biola tersebut dengan penuh ketelitian, dari membuat kerangka sampai memasang senarnya pun dilakukannya dengan sepenuh hati. Biola yang dihasilkan sungguh sangat sempurna . . . .  Detik demi detik, menit demi menit pun berlalu, akhirnya Biola tersebut telah selesai dibuat. Maka Pak Tua tersebut pun mulai mencoba hasil karyanya. Ia mulai memainkannya. Nada demi nada keluar dengan sangat indahnya….melodi yang dihasilkan pun sangat memukau. Betapa bangganya Pak Tua tersebut, hal ini membuktikan bahwa Pak Tua membuat Biola tersebut dengan sepenuh hati.

Hari pun berlalu Biola tersebut telah berpindah tangan dari hari ke hari, sampai tahun ke tahun. Memang Biola tersebut awalnya berguna, tapi Biola tersebut telah berubah banyak dari keadaan semula karena pemilik – pemilik Biola tersebut tidak merawatnya dengan baik dan memainkannya dengan kasar. Biola tersebut telah merasakan terjatuh, tertimpa, sampai terputus senarnya sehingga keadaannya penuh goresan dan suara yang dihasilkan pun sangat kacau . . . . hingga Biola tersebut sampai di tempat Loakan barang bekas.

Suatu hari tempat barang bekas tersebut mengadakan pelelangan. Pelelangan pun segera dilaksanakan. Dengan penuh semangat juru lelang menawarkan barang – barang pada para pengunjung. Barang demi barang pun terjual dengan harga yang lumayan untuk hanya sekedar barang bekas. Namun ada sebuah barang yang belum di tawarkan yaitu sebuah Biola usang yang sudah tua dan kotor yang penuh dengan goresan. Juru lelang pun ragu, ia bertanya kepada pelayannya,
“Apa tidak ada barang yang lain lagi selain ini??”
“Tidak ada,..hanya ini yang tersisa”, jawab pelayan.
Dengan perasaan yang ragu dan lesu juru lelang tersebut akhirnya menawarkan Biola usang tersebut.
“Siapa yang mau menawar Biola ini ??”, Tanya juru lelang.
Namun tidak ada yang menghiraukannya dan tidak ada jawaban.
“Baiklah, $1, siapa yang mau??”, tawar juru lelang.
Ada seorang wanita yang mengangkat tangannya, kemudian juru lelang menawarkan yang lebih tinggi. $1, $2 dan terjual dengan harga $3.
Tapi mengapa hanya $3 ?? Sungguh sangat menyedihkan. Padahal dulu Biola tersebut di buat dengan penuh ketelitian dan kesabaran, tapi sekarang Biola ini di hargai dengan sangat rendah. Sungguh malang nasib Biola usang ini.
Tapi ada seorang pak tua berambut putih maju menuju mimbar tempat juru lelang berdiri yang sedang memegang Biola usang tersebut. Pak tua tersebut dengan tanpa kata mengambil Biola tersebut dari tangan juru lelang. Kemudian diambilnya kain dari sakunya dan mengusapkannya pada Biola usang dan kotor itu. Di aturnyalah senar dari Biola tersebut sesuai dengan nada dan iramanya. Setelah itu pak tua tersebut memainkan Biola tersebut. Ohh betapa indahnya suara yang keluar dari Biola tersebut, sungguh sangat mengagumkan . . . .
Suasana saat itu menjadi hening saat pak tua memainkan Biola tersebut. Para pengunjung terpukau. Setelah memainkanya pak tua tersebut mengembalikan Biola itu pada juru lelang. Setelah itu juru lelang berbicara, “kalau tidak ada yang menawarkannya lagi, Biola tersebut akan terjual”. Tapi ada pengunjung yang menawarnya $1000. Juru lelang menawarkannya kembali, “ada yang lebih tinggi ?” . $2000, $3000, $10.000, hingga ada yang menawarnya seharga $1.000.000 dan akhirnya terjual dengan harga $1.000.000. Betapa senangnya Biola tersebut karena merasa di hargai dengan sangat tinggi.
Begitulah Biola tersebut, semula dibuat dengan penuh kesempurnaan, hingga merasakan tergores, terbanting, rusak, dan tidak bermanfaat sampai tidak berharga lagi. Akan tapi oleh sentuhan tangan sang pencipta Biola tersebut kembali menjadi berharga dan bermanfaat.



– By. Yosse Pradikta ,
The Touch of the Creator

1 komentar: